Sabtu, 07 Januari 2017

Tepat Jam 5

Assalamu’alaikum Ya Akhi Ya Ukhti yang Syammir (bahasa Indonesia: Semangat)
Semoga hari ini sedang dalam keadaan sehat wal’afiyat ya...
Untuk nge-post pertama dalam blog ini, Ane mau share cerita pendek ane yang diambil dari pengalaman nyata ane sendiri... Selamat membaca....

                                                     Tepat Jam 5 (By : Sumaiyah)

       Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung. Peribahasa yang membuatku teringat dengan sebuah peraturan baru Pesantren kemarin bahwa ‘ Jika ada santri yang pulang lebih dari jam 5 sore, maka pintu dikunci.’ 
“Maya, aku duluan ya,” ucap Sinta sambil menepuk bahuku.
“O, iya Sin,” jawabku dengan senyum, “dada...”
Setelah keluar dari Gerbang Sekolah, Sinta segera belok ke kanan dan aku belok kekiri. Beberapa langkah berjalan, aku melihat jam tangan yang melingkar di tanganku menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit. Waktu untuk bisa sampai ke Pesantren adalah sekitar lima belas menit jika ditempuh dengan jalan kaki berkecepatan sedang. Itu artinya aku harus mempercepat langkah kakiku supaya bisa sampai tepat waktu.
“May, ayo bareng kami,” teriak Nani mengajakku naik Angkot bersama temannya.
“E, iya Nan. Duluan saja,” langkahku berhenti sejenak.
“Ya sudah May, kamu hati-hati ya.”
Aku tersenyum lalu menganggukkan kepala. Aku lebih memilih untuk jalan kaki daripada naik Angkot karena durasi waktu yang sangat aku khawatirkan. Jika dalam perjalanan lancar maka dapat sampai sekitar lima belas menit, tapi jika masih ‘nge-time’ alias menunggu penumpang maka lebih dari lima belas menit. Selain durasi, sebenarnya aku juga memperhitungkan uang saku yang sangat sayang  jika tepotong untuk naik angkot karena ada kebutuhan di Pesantren yang lebih penting.

Ditengah nafas yang terengah-engah, aku menengok jam tanganku. “tnggal tiga menit lagi jam lima tepat!” seketika aku merasa sangat takut.
“Ya Alloh, Aku masih ingin belajar bersama Kyai dan Ustadzku di Pesantren. Aku tidak mau membuat kesalahan di Pesantren,” doaku dalam hati yang paling dalam.
“Tit tiiit- tit tiiit, ayo nak ikut. Nggak usah bayar,” seketika terdengar suara Pak sopir yang menghentikan angkotnya sambil melambaikan tangannya.
“Hha, saya Pak,” aku terkejut.
“Iya, ayok.”
Secepatnya aku masuk ke dalam angkotnya.
Memang jarak ke Pesantren tinggal dekat, tapi jika aku jalan kaki, maka waktu tiga menit tak akan cukup.
“Terima kasih ya Pak,” dengan cepat aku keluar dari angkot ketika sudah sampai di dekat Pesantren.
Beberapa langkah kemudian, aku sampai di depan pintu Pesantren. Segera aku membuka pintunya.
“Assalamu’alaikum,” ucapku lalu bersegera masuk ke dalam kamar.
‘Jam lima tepat’ kataku lirih dalam hati setelah melihat jam dinding dalam Kamar.
‘Alhamdulillah Ya Alloh, aku tidak telat. Terima kasih Ya Alloh,’ hatiku terasa sangat bersyukur dan seakan tak percaya jika aku bisa sampai tepat waktu. Semua itu tidak akan terjadi tanpa Kehendak Alloh. Subhanalloh.

0 komentar:

Posting Komentar